Photobucket

SMA Negeri 1 Ambarawa awalnya bernama SMA Negeri 2 Pringsewu, berdiri pada bulan Juli tahun 1987, dibawah pembinaan SMA Negeri 1 Pringsewu, berdiri diatas lahan hibah dari masyarakat Desa Ambarawa seluas 9.765 m². Diberi nama SMA Negeri 2 Pringsewu karena pada waktu itu Ambarawa masih berstatus desa yang termasuk di dalam wilayah Kecamatan Pringsewu. Penerimaan murid baru yang pertama pada tahun pelajaran 1987/1988 dengan jumlah siswa 80 orang terdiri dari laki-laki 34 orang siswa dan perempuan 46 orang siswa. Pelaksanaan kegiatan belajar dilaksanakan di SMAN 2 Pringsewu dibawah bimbingan 15 orang guru sampai dengan semester 2 yaitu seleseinya pembangunan gedung baru SMA Negeri 2 Pringsewu, yang terdiri dari 1 unit kantor dan 4 lokal ruang belajar serta 1 unit perpustakaan. Untuk pertama kalinya kepala sekolah dijabat kepala SMA Negeri 1 Pringsewu Bapak Drs. Bagaskoro.
Secara berturut-turut yang pernah menjabat kepala SMAN 2 Pringsewu adalah :
  1. Bapak Drs. Bagaskoro ( 1987 – 1989 Pjs.)
  2. Bapak Drs. Suharto ( 1989 – 1994 )
  3. Bapak Drs. Hasferi ( 1994 – 2001 )
  4. Bapak Drs. Suryadi ( 2001 – 2006 )
  5. Bapak Drs. Sugito, SE. ( 2006 – 2009 )
  6. Drs. Moch. Syaifuddin Zuhri (2009-2010)
  7. Drs. Dedi Rajenral (2010-sekarang)
Seiring dengan perkembangan Kabupaten Tanggamus dari 10 Kecamatan menjadi 28 Kecamatan (tahun 2008), maka desa Ambarawa yang tadinya ikut menjadi bagian dari Kecamatan Pringsewu berubah menjadi Kecamatan Ambarawa berdasarkan PERDA nomor 05 tahun 2005 . Dengan demikian SMA Negeri 2 Pringsewu berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten tanggamus nomor 426/779/26/04/2007, berubah menjadi SMA Negeri 1 Ambarawa.
Perkembangan selanjutnya pada tahun pelajaran 2008/2009 SMA Negeri 1 Ambarawa ditunjuk sebagai salah satu dari 10 SMA yang ada di Kabupaten Tanggamus menjadi Rintisan Sekolah Standar Nasional. Perkembangan dan kemajuan demi kemajuan yang terjadi di SM A Negeri 1 Ambarawa dapat diikuti dalam profil sekolah ini.

Selasa

SERANGGA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL

SERANGGA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL
Serangga sosial (sebenarnya) adalah yang membentuk koloni dan mempunyai pembagian kelompok sebagai fungsi yang berbeda (raja, ratu, serdadu, pekerja dan lain-lain).
Serangga sosial ditandai dengan oleh
(1) kerjasama di antara anggota mereka dalam memelihara yang muda,
(2) adanya kasta-kasta mandul, dan
(3) adanya generasi yang tumpang-tindih.
Serangga sosial terjadi pada rayap (Isoptera), lebah dan semut (Hymenoptera).
Ada juga serangga yang sifatnya prasosial yaitu koloni serangga dengan satu atau dua sifat serangga sosial, seperti grup lain (Hemiptera) memilki beberapa spesies yang tetuanya menjaga keturunannya, dan Embioptera merupakan salah satu grup yang membuat sarang (untuk “rumah tinggal” bagi seluruh populasi).
MIGRASI DAN PHORESY
Dalam kehidupannya, serangga melakukan migrasi dari suatu tempat ke tempat yang lainnya dengan tujuan :
• Untuk memaksimumkan kemungkinan survive di berbagai macam habitat yang berbeda
• Untuk lolos dari keadaan lingkungan buruk, musuh alami, atau penyakit
• Untuk mencari pasangan kawin dan membuat koloni baru
Di daerah sub temperate, serangga melakukan migrasi pada musim dingin ke daerah lain yang lebih panas.
Perpindahan pada serangga hampir selalu satu arah, individu yang bermigrasi tidak melakukan penerbangan balik atau hanya membuat penerbangan pendek, dan penerbangan balik dibuat sebagian besar atau seluruhnya oleh generasi berikutnya.
Contoh penerbangan kupu-kupu raja Danaus plexippus di Amerika serikat dan kanada, Kupu-kupu ini mampu terbang ke arah Selatan pada akhir musim panas sampai 1500 mil atau lebih dan ke Utara pada musim berikutnya sampai sejauh 1000 mil.
Tetapi banyak juga serangga menempel ke organisme lain untuk maksud perpindahan tempat (transportasi), perilaku ini disebut Foresi (phoresy).
Seperti pada larva Meloidae dan kutu daun. Larva instar pertama Meloidae (Coleoptera) yang disebut triungulin yang aktif bergerak dan menempel pada bunga-bungaan supaya dapat pindah bersama lebah.
Kutu daun (Aphids) sering dipindah oleh semut ke bagian tanaman atau tanaman lain untuk keperluan makanan (embun madu)
PERILAKU SERANGGA
Perilaku merupakan suatu tanggap jika suatu individu mendapat rangsangan, atau suatu kombinasi dari tanggap pembawaan yang dikontrol oleh sistem syaraf pusat dan pengalaman yang lalu (pembelajaran).
Tanggap ini akan memberi perubahan pada reaksi dan dipengaruhi oleh kondisi fisiologi di dalam tubuh yang dipengaruhi sistem endokrin.
Pembawaan (Instincts)
Tipe-tipe pembawaan :
1. Refleks
Contoh      : Capung (Odonata) langsung terbang ketika akan ditangkap
Kupu-kupu membedakan rasa enak ada pada tarsusnya (bagian dari kaki), jika ada makanan enak, maka secara reflek probosisnya akan langsung keluar.
2. Kinesis
Gerakan yang terarah karena rangsangan dari luar, merupakan gerak acak yang berfungsi sebagai alat menghindarkan diri dari bahaya.
Contoh  : Pada kecoa yang suka ditempat gelap, ketika lampu nyala, langsung bergerak dengan arah tak tentu.
3. Taksis
Gerakan yang terarah, yang sifatnya mendekati atau menjauhi suatu rangsangan, jadi bisa bersifat positif atau negatif, sifat taksis ini diantaranya :
- Fototaksis, pengaruh sumber cahaya
- Geotaksis, pengaruh tanah
- Thigmotaksis, pengaruh rangsangan kontak atau sentuhan
- Kemotaksis, pengaruh rangsangan kimia
- Termotaksis, pengaruh suatu rangsangan suhu tertentu
- Higrotaksis, pengaruh kandungan air atau kelembaban
Belajar (learning)
Suatu proses pembelajaran yang merupakan perubahan adaptif pada perilaku sebagai hasil dari pengalaman di masa sebelumnya.
Komunikasi
Komunikasi antar serangga diperlukan diantaranya dalam mendapatkan pasangan, komunikasi terjadi bila salah satunya memberi signal atau isyarat yang bisa berupa signal visual, sentuhan suara, dan kimiawi.
Komunikasi ini bisa dilakukan dalam jarak jauh, biasanya melibatkan alat visual, bahan kimia tersebar di udara, alat pendengar (auditory) dan lain-lain.
Untuk komunikasi jarak dekat biasanya menggunakan kombinasi beberapa organ perasa.
Jenis komunikasi ini ada yang sifanya khusus digunakan antar individu dalam suatu spesies (intraspesifik) dan ada yang digunakan antar spesies yang berbeda (interspesifik).
Komunikasi visual berhubungan dengan penglihatan, seperti kupu-kupu jantan melihat adanya kupu-kupu betina, kunang-kunang jantan yang terbang dan menyala di malam hari, dan komunikasi pada lebah madu yang melakukan tarian- tarian untuk memberi tahu temannya jika menemukan sumber makanan.
Komunikasi suara atau auditory communication dapat terjadi karena adanya gerakan fibrase dan gerakan pada alat stidulasi. Alat studulasi, gerakan menggaruk, seperti pada belalang ketika sayap belakangnya menggaruk femur belakang.
Komunikasi kimia terjadi karena adanya bahan kimia yang mempengaruhi perilaku.  Dalam tubuh serangga bahan kimia diproduksi di suatu bagian dan disebarkan ke bagian lain, disebut hormon, dan ada yang dikeluarkan oleh suatu individu untuk mempengaruhi individu lain.
Berdasarkan spesies sasarannya dibedakan menjadi :
1. Senyawa kimia yang dikeluarkan yang ditujukan untuk spesies yang sama, yang disebut pheromon, berdasarkan efek yang ditimbulkannya bisa dibedakan lagi menjadi :
a. Primer, efek jangka panjang, seperti pada serangga sosial yang disebut pheromon agregasi.
b. Relaser, efek sesaat, seperti pheromon sex dan pheromon alarm.
2. Senyawa kimia yang dikeluarkan yang ditujukan untuk spesies yang berbeda, berdasarkan keuntungan yang didapatkan oleh pengirim atau penerimanya, dibedakan menjadi :
a. Allomone, keuntungan untuk pengirim bahan, seperti venoms, defective compounds.
b. Kairomone, keuntungan bagi penerima bahan kimia tersebut, biasanya berhubungan dengan makanan.
c. Dalam banyak kasus, bahan kimia yang dikeluarkan bersifat keduanya, sebagai allomone dan kairomone, menguntungkan pengirim dan penerima pesan, contoh cantharidin.

Entri Populer

Forum

 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© 3 Columns Newspaper Copyright by ALUMNI SMANSAMBA | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks